
6:1 Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya,
6:2 dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. Karena takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu.
Bayangkan ketika itu mereka sampai-sampai harus tinggal dia gua-gua, situasi yang bukan hanya dijajah tetapi teraniaya. Nah ketika itu Malaikat Tuhan/Theofani. (Kapan-kapan aku sharing tentang apa itu Theofani, intinya itu bukan hanya Malaikat tetapi wujud Tuhan didalam rupa lain) dan menyuruh Gideon untuk maju berperang dan mengalahkan bangsa Midian. Ketika itu dia berkata:
6:13 Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian."
dan kalau kita membaca seterusnya ada banyak alasan yang diberikan oleh Gideon, samapai akhirnya dia berkata:
6:17 Maka jawabnya kepada-Nya: "Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku.
Singkat cerita Tuhan pun memberikan tanda, tapi ketika itu Gideon masih ragu dan kalu kita membaca kisah Gideon ada beberapa kali ia meragukan Tuhan dan meminta tanda.
Well bukankah kita seringkali demikian, kita sering kali bertanya apakah ini kehendak Tuhan. Entah itu didalam pekerjaan, percintaan, keuangan, dlb. Umumnya orang kristen akan berkat jika itu kehendak Tuhan tandanya pasti ada damai sejahtera. But tunggu dulu. Jika kita membaca kisah Gideon ini Tuhan sendiri yang datang dan bahkan memberikan tanda kepada Gideon tidak juga membuat hati Gideon memiliki damai sejahtera, bahkan masih meragukan.
Aku ingat ketika aku masih SMU aku diberi orang tua ku jajan untuk satu minggu, waktu itu ketika aku berdoa Tuhan memberikan dorongan yang kuat untuk mempersembahkan semua uang jajanku selama satu minggu itu, waktu itu kalau tidak salah hanya Rp.5000,-. Didalam mulut aku berkata ya Tuhan aku akan memberikan. Nah waktu itu aku ketika ibadah aku bertugas untuk menjaga slide lagu di GO studio, waktu persembahan aku berpura-pura tidak melihat kantong persembahan aku pikir Tuhan pasti faham aku ga bisa kasih persembahan coz kantongnya g sampai kesini. Well setelah ibadah tiba-tiba ada seorang wanita yang menghampiri ku dan berkata "waktu aku berdoa mau kasih perpuluhan ku, ga tau Tuhan gerakin aku untuk kasih ke kamu, kalu tidak salah dia ingin memberi Rp 150.00,-" Hal itu sangat menyentak aku, aku meragukan Tuhan ketika aku takut untuk memberikan seluruh uang jajan ku yang hanya Rp. 5000,-, aku takut aku tidak punya uang untuk jajan, tetapi Tuhan menunjukan Dia mampu kok mengubah lima ribu menjadi 150 ribu (30 x lipat), saat itu aku menolak pemberian wanita itu dan aku meminta dia untuk mempersembahkannya kepada Tuhan.
Bukankah kita juga seringkali demikian? Mempertanyakan dan meragukan kehendak Tuhan.. Pertanyaannya mestikah harus ada damai sejahtera ketika Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu? Jawabannya tidak. Damai sejahtera muncul dari ketaatan kita, bukan sebaliknya damai dulu baru taat.


So saat ini apakah kita memilih untuk tetap taat dan melakukan kehendak Tuhan atau menunggu ada damai sejahtera dulu?? Its your choice.. Damai sejahtera mengikuti ketaatan.. GBU
10.10 PM Fort Worth Dallas, Texas (11/04/2011)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus